Category: Sains

Seember Air Es Guyur Kepala Bill Gates

Seember Air Es Guyur Kepala Bill Gates – Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, dan pendiri Microsoft, Bill Gates, baru-baru ini menantang satu sama lain untuk mandi air es demi meningkatkan perhatian terhadap penyakit ALS. Dalam video yang diunggah oleh The Verge, Gates mengambil tantangan tersebut dengan cara yang lebih “canggih” dengan membuat alat penuang air yang terlihat seperti ayunan. Meskipun kedua orang kaya ini menunjukkan aksi yang menghibur, pada kenyataannya mereka bertujuan untuk meningkatkan perhatian dan menggalang dana riset untuk penanganan ALS.

Penyakit ALS atau Lou Gehrig’s Disease adalah penyakit degenerasi saraf otak yang menyebabkan penderitanya lumpuh, tak bisa makan, berbicara, atau bernapas. Sayangnya, ALS tidak bisa disembuhkan dan hanya memberikan waktu selama dua hingga lima tahun bagi siapa pun yang didiagnosis terkena penyakit ini sebelum berpulang selamanya.

Dalam kegiatan amal ini, sains dan teknologi velvetmedia.id memainkan peran penting dalam meningkatkan perhatian terhadap penyakit ini. Melalui teknologi, tantangan ini dapat ditampilkan secara online dan disaksikan oleh jutaan orang di seluruh dunia. Sementara itu, sains terus berusaha untuk menemukan cara terbaik dalam menangani penyakit ini dan mencari obat yang tepat untuk menghentikan perkembangan penyakit ini.

Kami mengapresiasi langkah yang diambil oleh Gates dan Zuckerberg dalam membantu meningkatkan perhatian terhadap penyakit ALS dan memperlihatkan bahwa sains dan teknologi dapat digunakan untuk tujuan yang positif. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus digalakkan untuk mendukung riset dan penanganan penyakit-penyakit yang membutuhkan perhatian khusus.

Baca juga: Terkendala Dana Perkembangan Robot di Indonesia

Banyak kalangan selebriti dan orang-orang kaya di Amerika Serikat yang sedang aktif mengikuti fenomena Ice Bucket Challenge. Inisiatif ini bertujuan untuk menggalang dana bagi asosiasi ALS dalam rangka riset penyakit tersebut. Dalam tantangan ini, seseorang harus mengguyur dirinya dengan seember air es dan menantang tiga orang untuk melakukan hal yang sama dalam waktu 24 jam. Jika ditantang menolak, maka harus menyumbangkan dana sebesar 100 dollar ke ALS Association. Tantangan ini telah menyebar ke kalangan para petinggi perusahaan teknologi seperti Gates dan Zuckerberg.

Banyak dari mereka yang memilih untuk melakukan kedua opsi dalam tantangan, yaitu mengguyur diri dengan air es sekaligus menyumbang uang. Cara ini terbukti efektif meningkatkan perhatian untuk ALS dan menggalang dana. Berdasarkan laporan New York Times, uang yang telah dikumpulkan untuk ALS mencapai 13,3 juta dollar AS sejak 29 Juli hingga Minggu (17/8) kemarin, dibandingkan angka 1,7 juta dollar AS pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, jumlah donor meningkat sebanyak 260.000. Dengan adanya banyak selebriti dan tokoh terkenal yang mengikuti Ice Bucket Challenge, diharapkan dapat meningkatkan perhatian dan dukungan bagi riset sains dan teknologi dalam mengatasi penyakit ALS.

 Untuk Hidupkan Kembali Mamut Berbulu Kolaborasi Ilmuwan dan Pengusaha

 Untuk Hidupkan Kembali Mamut Berbulu Kolaborasi Ilmuwan dan Pengusaha – Tim kolaborasi antara peneliti dan pengusaha bernama Colossal bertekad untuk menghidupkan kembali hewan yang sudah punah. Dalam misinya, mereka akan menempatkan beragam binatang yang luar biasa kembali ke tundra Siberia, ribuan tahun setelah kepunahannya. Melalui penggunaan sains dan teknologi, tim ini akan menghidupkan kembali mamut berbulu secara genetik.

Proyek ini melibatkan George Church, seorang ahli biologi di Harvard Medical School yang selama delapan tahun memimpin tim peneliti kecil velvetmedia.id yang mengembangkan alat untuk “membangkitkan” mamut. George Church menyatakan bahwa proyek ini adalah tonggak penting dalam kehidupan pemulihan hewan punah dan akan membuat perbedaan besar di dunia.

Sebuah perusahaan baru-baru ini berhasil menerima pendanaan awal sebesar USD 15 juta atau setara dengan Rp213,9 miliar untuk mendukung penelitian yang dilakukan di laboratorium Church dan laboratorium mereka sendiri di Boston dan Dallas. Perusahaan ini berfokus pada upaya mengubah DNA gajah dengan menambahkan gen dari mamut, seperti rambut lebat dan lemak tebal untuk menahan dingin.

Eriona Hysolli, mantan peneliti di laboratorium Church, akan mengawasi upaya ini. Para peneliti berharap dapat menghasilkan embrio gajah yang mirip dengan mamut dalam beberapa tahun dan akhirnya menciptakan populasi hewan ini.

Namun, ada peneliti lain yang skeptis dengan upaya ini dan banyak pertanyaan yang muncul apabila upaya ini berhasil dilakukan. Apakah manusiawi menghasilkan hewan yang biologinya hanya sedikit diketahui? Siapa yang dapat memutuskan apakah hewan ini dapat dilepaskan? Ahli paleogenetik di University of California Santa Cruz, Beth Shapiro, menyatakan bahwa ada banyak masalah yang akan dihadapi mengenai upaya ini.

Namun, ide untuk menghidupkan kembali mamut berbulu ini pertama kali muncul pada tahun 2013 dan menjadi mungkin untuk merekonstruksi genom spesies yang sudah punah berdasarkan fragmen DNA yang diambil dari fosil. Dalam konteks sains dan teknologi, hal ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa dan merupakan titik tolak dalam memahami dampak perbedaan DNA dalam tubuh manusia dan hewan.

Gereja menjadi terkenal karena menemukan cara membaca dan mengedit DNA. Namun, sekarang Gereja mencoba untuk menggunakan teknologi ini untuk menghidupkan kembali spesies yang sudah punah dengan menggunakan gen kerabat yang masih ada. Melalui modifikasi genom gajah Asia, Gereja berpikir bahwa itu mungkin dapat menghasilkan sesuatu yang akan terlihat dan bertindak seperti mamut.

Selain itu, usaha untuk menghidupkan kembali hewan yang sudah punah ini memiliki potensi untuk menjadi model kerja dalam memulihkan ekosistem yang rusak atau hilang, sehingga membantu memperlambat atau bahkan menghentikan efek perubahan iklim.

Baca juga: E-tatoo: Tato Elektronik yang Berfungsi untuk Mengukur Tingkat Stres

Teknologi yang digunakan dalam usaha menghidupkan kembali mamut berbulu dapat membawa dampak besar bagi sains dan lingkungan. Menarik bahwa Colossal, perusahaan yang didirikan oleh Ben Lamm, bertujuan untuk menggunakan teknologi ini untuk membantu melestarikan spesies yang terancam punah dan memulihkan hewan di mana manusia memiliki andil dalam kematiannya. Diharapkan bahwa teknologi ini dapat membantu membangun kembali ekosistem, menyembuhkan bumi kita, dan melestarikan masa depannya melalui populasi hewan yang sudah punah.

Mamut berbulu sendiri merupakan hewan purba raksasa yang menjelajahi sebagian besar wilayah Kutub Utara. Punah ribuan tahun lalu, selama beberapa dekade ini para ilmuwan mencoba untuk mengekstraksi dan mengurutkan DNA mamut melalui potongan-potongan gading, tulang, gigi, dan rambutnya. Dengan teknologi yang semakin canggih, para ilmuwan dapat menggunakan teknologi ini untuk mempelajari gen mamut berbulu dan memperbaiki lingkungan yang rusak.

Dalam kesimpulannya, teknologi sains yang digunakan untuk menghidupkan kembali mamut berbulu memiliki potensi besar untuk membantu menjaga keberlangsungan hidup spesies yang terancam punah dan memulihkan ekosistem yang rusak. Dengan menggunakan teknologi ini, manusia dapat berkontribusi dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan memperbaiki efek perubahan iklim.

Membuat Inovasi Hidrogen Langsung dari Air Laut Tanpa Perlu Desalinasi

Membuat Inovasi Hidrogen Langsung dari Air Laut Tanpa Perlu Desalinasi – Sebuah inovasi terbaru dalam bidang sains dan teknologi telah muncul, yaitu cara yang lebih murah dan hemat energi untuk membuat hidrogen langsung dari air laut. Inovasi ini merupakan langkah kritis menuju industri hidrogen hijau yang benar-benar layak. Metode baru dari para peneliti RMIT University velvetmedia.id membagi air laut langsung menjadi hidrogen dan oksigen tanpa memerlukan desalinasi dan biaya terkait, konsumsi energi, dan emisi karbon.

Hidrogen telah lama disebut-sebut sebagai bahan bakar masa depan yang bersih dan solusi potensial untuk tantangan energi kritis, terutama untuk industri yang lebih sulit didekarbonisasi seperti manufaktur, penerbangan, dan perkapalan. Hampir semua hidrogen dunia saat ini berasal dari bahan bakar fosil dan produksinya menghasilkan sekitar 830 juta ton karbon dioksida per tahun, setara dengan emisi tahunan gabungan Inggris dan Indonesia.

Namun, hidrogen ‘hijau’ yang bebas emisi dan dibuat dengan memisahkan air, sangat mahal sehingga sebagian besar tidak dapat dijalankan secara komersial. Saat ini, hidrogen ‘hijau’ hanya menyumbang 1% dari total produksi hidrogen secara global. Oleh karena itu, inovasi terbaru dari para peneliti RMIT University ini sangat penting dan meningkatkan harapan bagi masa depan energi yang bersih dan ramah lingkungan.

Nasir Mahmood, peneliti utama dari RMIT, mengungkapkan bahwa proses produksi hidrogen hijau yang mahal dan bergantung pada air tawar atau desalinasi merupakan tantangan utama dalam industri ini. Namun, dengan terus mengembangkan sains dan teknologi, kita dapat menemukan solusi yang lebih efektif dan efisien untuk mengatasi tantangan ini. Inovasi ini merupakan langkah maju dalam membawa dunia menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Dalam keterangan tertulis dari Universitas RMIT, Mahmood menyatakan bahwa sains dan teknologi bisa membantu mengembangkan potensi besar hidrogen sebagai sumber energi bersih. Khususnya bagi industri yang sulit beralih ke energi terbarukan. Namun, untuk memastikan keberlanjutan hidrogen, produksi harus 100% bebas karbon dan tidak boleh menimbulkan dampak negatif pada cadangan air tawar dunia.

Metode baru yang dikembangkan oleh Mahmood untuk menghasilkan hidrogen langsung dari air laut dianggap lebih hemat biaya dibandingkan dengan pendekatan hidrogen hijau yang sudah ada di pasaran saat ini. Dengan pengembangan lebih lanjut, diharapkan metode ini dapat memajukan industri hidrogen hijau yang pesat di Australia.

Sebuah permohonan paten sementara telah diajukan untuk metode baru dalam produksi hidrogen hijau. Metode inovatif ini telah dirinci dalam studi skala laboratorium yang dipublikasikan dalam jurnal Small, terbitan Wiley. Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan pendekatan baru yang dirancang oleh tim Mahmood dalam kelompok riset multidisiplin Materials for Clean Energy and Environment (MC2E) di RMIT menggunakan jenis katalis khusus yang dikembangkan untuk bekerja secara khusus dengan air laut.

Baca juga: Sejarah Minat Hobi sampai Keilmuan Kepurbakalaan di Indonesia

Riset ini berfokus pada produksi katalis yang sangat efisien dan stabil yang dapat diproduksi dengan hemat biaya. Katalis baru ini membutuhkan sedikit energi untuk bekerja dan dapat digunakan pada suhu kamar. Dalam riset ini, para peneliti RMIT bekerja sama dengan mitra industri untuk mengembangkan aspek teknologinya.

Tahap selanjutnya dalam penelitian adalah pengembangan prototipe elektroliser yang menggabungkan serangkaian katalis untuk menghasilkan hidrogen dalam jumlah besar. Teknologi ini menjanjikan penurunan biaya elektroliser secara signifikan, cukup untuk memenuhi target Pemerintah Australia untuk produksi hidrogen hijau sebesar 2 dolar AS per kilogram, sehingga bisa bersaing dengan hidrogen yang bersumber dari bahan bakar fosil. Pendekatan yang digunakan oleh para peneliti RMIT dalam riset ini menunjukkan bahwa sains dan teknologi dapat digunakan untuk menghasilkan solusi yang lebih ramah lingkungan dengan biaya yang lebih efisien.

Rahasia Beton Romawi yang Bertahan Ribuan Tahun Dipecahkan Ilmuwan MIT

Rahasia Beton Romawi yang Bertahan Ribuan Tahun Dipecahkan Ilmuwan MIT  – Orang Romawi kuno dikenal sebagai ahli teknik yang hebat dalam membangun infrastruktur jalan, saluran air, pelabuhan, dan bangunan besar yang bertahan selama dua milenium. Keajaiban teknologi ini seperti Pantheon Roma yang terkenal, dengan kubah beton tanpa tulangan terbesar di dunia hingga saat ini masih utuh dan beberapa saluran air Romawi kuno masih berfungsi mengalirkan air ke kota Roma.

Dalam hal ini, para ilmuwan telah mengambil langkah maju dalam mengungkap rahasia beton Romawi yang tahan lama dan menggabungkan beberapa fungsi penyembuhan diri utama. Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances, tim ilmuwan dari MIT, Harvard University, dan laboratorium di Italia dan Swiss velvetmedia.id menemukan bahwa pecahan kapur kecil yang dikenal sebagai “klas kapur” adalah komponen kunci dari campuran beton kuno yang memberikan kemampuan penyembuhan diri yang sebelumnya tidak dikenal.

Penemuan ini dapat membantu para insinyur modern dalam merancang beton yang lebih tahan lama dan berfungsi sebagai penelitian terbaru dalam sains dan teknologi konstruksi.

“Mengganggu saya ketika gagasan bahwa kapur hanya dikaitkan dengan kontrol kualitas yang rendah,” ujar Masic. “Bagaimana mungkin orang Romawi yang terkenal dengan pembuatan bahan konstruksi yang luar biasa tidak memperhatikan kualitas produk akhirnya? Pasti ada cerita lebih lanjut mengenai hal ini.”

Melalui karakterisasi klas kapur menggunakan pencitraan multiskala beresolusi tinggi dan teknik pemetaan kimia yang dipelopori di laboratoriumnya, Masic dan timnya berhasil mendapatkan wawasan baru mengenai fungsi potensial dari klas kapur ini.

Secara historis, diasumsikan bahwa kapur digunakan dalam beton Romawi dengan dicampurkan dengan air sehingga membentuk bahan seperti pasta yang sangat reaktif dalam proses slaking. Namun, hal ini masih belum dapat menjelaskan keberadaan klas kapur tersebut.

Masic kemudian berhipotesis bahwa orang Romawi mungkin menggunakan kapur secara langsung dalam bentuk yang lebih reaktif, yang dikenal sebagai kapur api.

Dalam penelitian ini, sains dan teknologi menjadi kunci dalam mengungkap misteri dibalik penggunaan kapur oleh orang Romawi dalam pembuatan bahan konstruksi. Dengan teknologi yang ada saat ini, peneliti dapat melakukan karakterisasi lebih rinci terhadap material dan mendapatkan wawasan baru yang sebelumnya tidak dimungkinkan.

Dalam kesimpulannya, Masic menegaskan bahwa dengan terus menggali informasi melalui sains dan teknologi, kita dapat mengungkap lebih banyak cerita dan secara bertahap memahami lebih banyak tentang teknologi konstruksi Romawi yang canggih.

Dalam studi ilmiah terbaru, tim peneliti menggunakan teknologi untuk mempelajari sampel beton kuno dan menemukan inklusi putih yang terbuat dari berbagai bentuk kalsium karbonat. Hasil pemeriksaan spektroskopi menunjukkan bahwa inklusi putih ini terbentuk pada suhu ekstrim, seperti reaksi eksotermis saat menggunakan kapur. Dari penemuan ini, tim menyimpulkan bahwa inklusi putih adalah kunci dari sifat super tahan lama beton kuno tersebut.

Menurut Masic, peneliti utama, manfaat pencampuran panas ada dua. Pertama, ketika seluruh beton dipanaskan pada suhu tinggi, hal itu memungkinkan kimiawi yang tidak mungkin terjadi jika hanya mencampurkan kapur, menghasilkan senyawa terkait suhu tinggi yang tidak akan terbentuk. Kedua, peningkatan suhu ini secara signifikan mengurangi proses pengawetan dan pengerasan, memungkinkan konstruksi lebih cepat.

Studi ini menunjukkan betapa pentingnya integrasi sains dan teknologi dalam penelitian dan pengembangan material konstruksi. Dengan teknologi yang semakin maju, kita dapat mempelajari dan memahami lebih banyak tentang material kuno yang digunakan oleh nenek moyang kita dan menggunakannya untuk meningkatkan kualitas konstruksi masa kini.

Selama proses pencampuran panas, klas kapur menghasilkan arsitektur partikel nano yang rapuh, menciptakan sumber kalsium yang mudah retak dan reaktif. Tim peneliti mengusulkan bahwa bahan ini dapat memberikan fungsi penyembuhan diri yang kritis pada beton. Ketika retakan kecil mulai terbentuk di dalam beton, retakan tersebut dapat berjalan melalui klas kapur dengan luas permukaan tinggi. Bahan ini kemudian dapat bereaksi dengan air, menciptakan larutan jenuh kalsium. Larutan ini dapat mengkristal kembali sebagai kalsium karbonat, mengisi retakan dengan cepat, atau bereaksi dengan bahan Pozzuoli untuk memperkuat bahan komposit.

Baca juga: Waktu Kurang dari Satu Detik Memprediksi Dampak Tsunami

Dukungan sebelumnya untuk hipotesis ini ditemukan melalui pemeriksaan sampel beton Romawi lainnya yang menunjukkan retakan berisi kalsit. Untuk membuktikan bahwa ini memang mekanisme yang bertanggung jawab atas daya tahan beton Romawi, tim melakukan uji coba dengan menghasilkan sampel beton campuran panas yang menggabungkan formulasi kuno dan modern, kemudian memecahkannya dan mengalirkan air melalui retakan tersebut. Hasilnya, dalam dua minggu retakan telah sembuh total dan air tidak bisa lagi mengalir. Bongkahan beton identik yang dibuat tanpa kapur tidak pernah sembuh, dan air terus mengalir melalui sampel.

Dalam rangka mengurangi dampak lingkungan dari produksi semen, tim peneliti bekerja untuk mengembangkan bahan semen yang dimodifikasi ini. Masic, seorang ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini, berharap bahwa upaya ini dapat membantu mengurangi dampak beton terhadap iklim global dengan perpanjangan umur fungsional dan pengembangan bentuk beton yang lebih ringan. Melalui formulasi baru lainnya, seperti beton yang benar-benar dapat menyerap karbon dioksida dari udara, fokus penelitian laboratorium Masic lainnya saat ini, peningkatan ini dapat membantu mengurangi dampak beton terhadap iklim global. Semua hasil penelitian ini menunjukkan kemajuan dalam sains dan teknologi dan diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Waktu Kurang dari Satu Detik Memprediksi Dampak Tsunami

Waktu Kurang dari Satu Detik Memprediksi Dampak Tsunami – Bencana tsunami yang menimpa timur laut Jepang pada tahun 2011 menyebabkan banyak korban jiwa yang mencapai 18.500 orang. Seandainya peringatan dini tentang tsunami telah dipasang dengan akurasi yang sempurna, maka nyawa banyak manusia bisa selamat dari bencana tersebut. Namun, kini Jepang telah memiliki jaringan sensor terbesar di dunia untuk memantau pergerakan dasar laut. Sebanyak 150 stasiun lepas pantai membentuk jaringan ini untuk memberikan peringatan dini tentang tsunami.

Data yang dihasilkan oleh sensor perlu diubah menjadi tinggi dan luasan tsunami di sepanjang garis pantai. Namun, untuk mengolah data tersebut memerlukan penyelesaian persamaan nonlinear yang sulit secara numerik dan memakan waktu sekitar 30 menit pada komputer standar. Ini menjadi tantangan bagi para ilmuwan dan teknolog untuk menghasilkan data tinggi dan luasan tsunami dengan lebih cepat dan akurat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sains dan teknologi velvetmedia.id dalam mencegah bencana alam dan melindungi kehidupan manusia.

Saat ini, Iyan Mulia dari Laboratorium Ilmu Prediksi RIKEN dan rekan-rekannya telah berhasil mengoptimalkan penggunaan teknologi pembelajaran mesin (machine learning) untuk memangkas waktu perhitungan dalam memprediksi tsunami menjadi kurang dari satu detik. RIKEN, lembaga penelitian terbesar dan terkenal di Jepang, telah memberikan kontribusi besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkualitas tinggi.

Metode yang digunakan oleh tim Iyan Mulia memiliki keunggulan utama terletak pada kecepatan prediksi yang sangat penting dalam upaya peringatan dini. Jika menggunakan model pembelajaran konvensional, prediksi dapat dilakukan setelah 30 menit, yang terlambat dalam upaya menghadapi tsunami. Namun, model yang dikembangkan oleh tim Iyan Mulia dapat mencapai prediksi dalam hitungan detik.

Dalam upaya mengembangkan model ini, tim RIKEN telah melatih sistem pembelajaran mesin menggunakan lebih dari 3.000 peristiwa tsunami yang dihasilkan oleh komputer. Kemudian, mereka mengujinya dengan 480 skenario tsunami lainnya dan tiga tsunami sebenarnya. Hasilnya, model berbasis pembelajaran mesin tersebut mencapai akurasi yang sebanding dengan hanya 1% upaya komputasi.

Dalam hal ini, teknologi dan sains telah memberikan kontribusi besar dalam mengoptimalkan cara kita memprediksi bencana alam. Dengan penggunaan teknologi pembelajaran mesin yang semakin berkembang, kemampuan manusia dalam memahami alam semakin meningkat. Tim Iyan Mulia merupakan contoh nyata dari bagaimana teknologi dan sains dapat memberikan manfaat yang besar bagi manusia.

Baca juga: Rahasia Cokelat Terasa begitu Enak Sensasi Lumer di Mulut

Pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) dapat diaplikasikan pada skenario bencana lainnya yang memerlukan waktu yang sangat penting. Menurut Iyan Mulia, metode ini dapat digunakan untuk memprediksi bencana apa pun yang batas waktunya sangat terbatas. Mulia pertama kali tertarik mempelajari tsunami setelah peristiwa tsunami Samudera Hindia pada tahun 2004 yang terjadi di negara asalnya, Indonesia.

Saat ini, Mulia sedang mengerjakan prediksi gelombang badai dengan menggunakan teknologi pembelajaran mesin. Namun, ia mencatat bahwa metode ini hanya akurat untuk tsunami besar yang lebih tinggi dari 1,5 meter dan sedang berusaha meningkatkan akurasinya untuk tsunami yang lebih kecil.

Menurut Mulia, dalam situasi bencana apa pun, waktu yang sedikit bahkan sepersekian detik sangatlah berharga dan krusial untuk menyelamatkan nyawa. Oleh karena itu, teknologi peringatan dini ini berpotensi untuk menyelamatkan banyak nyawa dalam situasi genting semacam itu. Hasil studi Mulia dan rekan-rekannya telah dipublikasikan pada 19 September 2022 dalam jurnal Nature Communications dan menunjukkan bahwa sains dan teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan keselamatan di masa depan.

Kini Pertama Kalinya Paradoks Dunia Kuantum Terkonfirmasi Diukur

Kini Pertama Kalinya Paradoks Dunia Kuantum Terkonfirmasi Diukur – Dunia kuantum selalu menjadi misteri bagi dunia sains dan teknologi selama bertahun-tahun. Dunia ini penuh dengan probabilitas dan banyak kemungkinan, di mana beberapa hal terkait dan yang lainnya tidak, menciptakan paradoks. Namun, sebuah penelitian di Technische Universität Wien telah mengkonfirmasi secara eksperimental dugaan aneh tentang informasi kuantum. Studi ini telah diterbitkan di jurnal bergengsi nature physics dengan judul “Verification of the area law of mutual information in a quantum field simulator.” Fisika kuantum memungkinkan hubungan yang lebih kuat antara kuantitas yang berbeda, di mana partikel atau bagian yang berbeda dari sistem kuantum yang luas dapat “berbagi” sejumlah informasi. Menariknya, ukuran dari “informasi timbal balik” ini tidak bergantung pada ukuran sistem melainkan hanya pada permukaannya. Masukan teoretis untuk percobaan dan interpretasinya berasal dari Max-Planck-Institut für Quantenoptik di Garching, FU Berlin, ETH Zürich dan University of New York.

Seorang penulis pertama saat ini publikasi, Mohammadamin Tajik dari Pusat Sains dan Teknologi Kuantum Wina (VCQ) – Atominstitut dari TU Wien, menjelaskan bahwa seseorang dapat membayangkan sebuah wadah gas di mana partikel-partikel kecil beterbangan dan berperilaku sangat klasik seperti bola kecil. Namun, jika sistem berada dalam kesetimbangan, maka partikel-partikel di area wadah yang berbeda tidak tahu apa-apa tentang satu sama lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa informasi timbal balik yang dibagikan kedua partikel ini adalah nol.

Dalam dunia velvetmedia.id, penemuan seperti ini sangat penting karena dapat membuka pintu untuk penemuan lebih banyak lagi. Informasi kuantum yang terhubung lebih kuat daripada yang dimungkinkan oleh fisika klasik dapat membantu dalam pengembangan teknologi yang lebih maju dan canggih. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa dunia kuantum memiliki potensi yang besar untuk membantu kita dalam pengembangan sains dan teknologi yang lebih maju di masa depan.

Namun, di dunia kuantum, segalanya berbeda. Partikel yang berperilaku secara kuantum tidak dapat dipertimbangkan secara independen satu sama lain. Mereka terhubung secara matematis dan tidak dapat dijelaskan secara bermakna tanpa mengatakan sesuatu tentang yang lain. Prediksi tentang dunia kuantum saling berbagi informasi telah ada sejak lama. Hal tersebut terjadi antara subsistem yang berbeda dari sistem kuantum lainnya.

Sebuah tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Prof. Jörg Schmiedmayer kini telah mengkonfirmasi prediksi ini untuk pertama kalinya. Dalam gas kuantum seperti itu, informasi timbal balik yang dibagikan lebih besar dari nol, dan itu tidak bergantung pada ukuran subsistem – tetapi hanya pada permukaan batas luar subsistem. Meskipun prediksi ini tampak aneh secara intuitif, di dunia kuantum informasi seringkali terkait erat dengan luas permukaan. Temuan ini merupakan kemajuan penting dalam sains dan teknologi, yang dapat membantu dalam pengembangan teknologi kuantum di masa depan.

Menurut penelitian, informasi dalam sistem kuantum tubuh menyebar dengan luas permukaan daripada volume. Untuk membuktikan hal ini, para peneliti menggunakan teknologi awan atom ultra dingin, dimana partikel-partikel didinginkan hingga suhu nol mutlak dan ditahan oleh chip atom. Pada suhu yang sangat rendah ini, sifat kuantum partikel semakin penting dan informasi semakin menyebar di dalam sistem. Hal ini memungkinkan hubungan antara masing-masing bagian dari keseluruhan sistem menjadi semakin signifikan. Untuk memahami sistem kuantum dengan lebih baik, para peneliti mengembangkan teknik tomografi khusus.

Baca juga: Prototipe Robot Bawah Air Terinspirasi Ubur – Ubur Untuk Membersihkan Lautan Dunia

Tomografi merupakan teknik pencitraan berdasarkan penampang tertentu dalam metode analisis. Para peneliti mendapatkan informasi tentang sistem kuantum dengan mengganggu atom sedikit dan kemudian mengamati dinamika yang dihasilkan. Hal ini seperti melempar batu ke dalam kolam dan kemudian mendapatkan informasi tentang keadaan cairan dan kolam dari gelombang yang diakibatkannya. Namun, dalam fisika kuantum, panjang koherensi menjadi faktor penting dalam mengetahui jarak di mana partikel berperilaku serupa secara kuantum dan saling mengenal satu sama lain. Penelitian ini membawa dampak positif dalam bidang sains dan teknologi, terutama dalam memahami sistem kuantum dengan lebih baik.

“Hal ini juga menjelaskan mengapa berbagi informasi tidaklah penting dalam gas klasik,” ujar Mohammadamin Tajik. “Dalam sistem banyak benda klasik, koherensi akan hilang; partikel tidak lagi dapat mengetahui keberadaan partikel tetangganya,” tambahnya. Pengaruh suhu dan panjang koherensi informasi timbal balik juga telah dikonfirmasi dalam percobaan. Informasi kuantum memainkan peran penting dalam banyak aplikasi teknologi dan sains fisika kuantum saat ini. Dengan demikian, hasil percobaan ini relevan dengan berbagai bidang penelitian, mulai dari fisika keadaan padat hingga studi fisika kuantum tentang gravitasi.

Perjalanan Penemuan Es Krim Tahan Leleh

Perjalanan Penemuan Es Krim Tahan Leleh – Es krim memiliki sejarah panjang yang dapat dipelajari melalui sains dan teknologi. Meskipun bentuknya berbeda dari zaman ke zaman, es krim yang kita nikmati hari ini memiliki akar yang berasal dari masa lalu. Sejarah es krim dapat ditemukan bahkan dalam Alkitab, di mana Raja Salomo menikmati minuman dingin selama musim panen. Alexander Agung dari Yunani kuno juga dikenal suka menikmati minuman dingin yang dicampur dengan madu atau anggur.

Semasa pemerintahan Kaisar Nero di Roma, es dipanen dari pegunungan terdekat dan disimpan di lubang dalam rumah yang ditutupi jerami. Praktik ini menjadi umum selama berabad-abad yang akan datang. Kaisar Dinasti Tang (618-907) juga dianggap sebagai orang pertama yang memakan kue manis seperti susu beku. Versi ini dibuat dari susu sapi, kambing, atau kerbau yang dipanaskan dengan tepung. Kamper, zat aromatik dari pohon cemara, ditambahkan untuk meningkatkan tekstur dan rasa. Campuran ini kemudian dimasukkan ke dalam tabung logam dan diturunkan ke dalam kolam es hingga membeku, proses yang mirip dengan cara orang India membuat kulfi sebelum didinginkan.

Dalam sejarah velvetmedia.id es krim, sains dan teknologi memainkan peran penting dalam pengembangan dan pembuatan es krim yang kita nikmati hari ini. Dengan bantuan teknologi modern, proses pembuatan es krim menjadi lebih baik dan lebih efisien. Namun, kisah sejarah es krim tetap mempertahankan esensi yang sama seperti dahulu, menjadi sumber kenikmatan dan kelezatan yang tidak pernah berubah.

Pada masa abad pertengahan, orang Arab telah menikmati minuman dingin yang dinamakan serbat atau sharabt dalam bahasa Arab. Minuman ini kerap kali diperkaya dengan ceri, delima, atau quince. Lambat laun, minuman ini menjadi terkenal di kalangan bangsawan Eropa. Teknik pembuatan minuman ini dikatakan telah dikuasai oleh orang Italia, dan diikuti oleh orang Prancis. Pada abad ke-17, minuman dingin ini diubah menjadi makanan penutup beku dan diberi tambahan gula untuk menciptakan sorbetto atau sorbet seperti yang kita kenal saat ini.

Antonio Latini (1642-1692), seorang pria yang bekerja untuk Raja Muda Spanyol di Naples, dianggap sebagai orang pertama yang menuliskan resep sorbetto. Ia juga dikenal sebagai pencipta sorbet berbahan dasar susu yang dianggap oleh sejarawan kuliner sebagai es krim resmi pertama.

Pada 1686, seorang Sisilia bernama Francesco Procopio dei Coltelli membuka kedai pertama di Paris, Il Procope. Kedai ini menjadi tempat pertemuan bagi banyak intelektual terkenal seperti Benjamin Franklin, Victor Hugo, dan Napoleon. Il Procope memperkenalkan gelato, versi Italia dari sorbet, kepada publik Prancis. Kudapan ini disajikan dalam mangkuk porselen kecil yang menyerupai cangkir telur. Procopio dikenal sebagai Bapak Gelato Italia.

Dalam perkembangannya, sains dan teknologi telah memberikan kontribusi besar dalam industri pembuatan es krim. Berbagai penemuan dan inovasi telah membantu para pembuat es krim dalam memperbaiki proses pembuatan dan meningkatkan kualitas produk.

Dengan demikian, perkembangan es krim tidak hanya terjadi secara alami, tetapi juga melalui kontribusi sains dan teknologi. Dalam hal ini, para ahli dan inovator dalam bidang sains dan teknologi terus berupaya untuk memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas dan keberlanjutan industri es krim.

Pada saat yang sama, orang Prancis mulai bereksperimen dengan makanan penutup beku yang disebut fromage. Dalam bukunya La maison reglée, Nicolas Audiger menjelaskan beberapa resep fromage yang terbuat dari es yang diberi rasa buah. Salah satu resep awal termasuk krim, gula, dan air bunga jeruk. Audiger juga menyarankan untuk mengaduk es selama proses pembekuan untuk memasukkan udara dan menciptakan tekstur yang lebih pulen. Selama abad ke-18, fromage beku menjadi sangat populer di seluruh Prancis.

Baca juga: Akhirnya, Misteri Terpecahkan Ilmuwan Fisika Berusia 400 Tahun!

Dalam perkembangan sains dan teknologi saat ini, ilmuwan tengah mengembangkan cara baru untuk menjaga es krim tetap beku meskipun dalam suhu tinggi dan menjaga agar teksturnya tetap lembut. Produk es krim yang lebih tahan suhu ini akan dapat dinikmati masyarakat luas dalam jangka waktu tiga hingga lima tahun mendatang. Tim ilmuwan dari Universitas Edinburgh dan Universitas Dundee melakukan penelitian untuk mencari terobosan ini. Mereka menemukan bahwa bentuk protein alami yang disebut BsIA dapat mengikat udara, lemak, dan air sekaligus. Protein ini ditemukan dalam “bakteri baik” dan sudah menjadi bagian dari rantai makanan.

“Kami gembira dengan potensi bahan baru yang dapat meningkatkan kualitas es krim, baik bagi konsumen dan produsen,” kata Profesor Cait MacPhee dari Universitas Edinburgh dalam sebuah pernyataan. Dengan adanya penemuan ini, produsen es krim dapat meningkatkan kualitas produk mereka dan meningkatkan kepuasan konsumen. Hal ini menunjukkan perkembangan sains dan teknologi yang terus maju untuk menghasilkan produk-produk yang lebih baik dan lebih inovatif.

Akhirnya, Misteri Terpecahkan Ilmuwan Fisika Berusia 400 Tahun!

Akhirnya, Misteri Terpecahkan Ilmuwan Fisika Berusia 400 Tahun! – Setelah empat abad membingungkan para ilmuwan, misteri fisika yang dikenal dengan ‘Prince Rupert’s drops’ akhirnya terpecahkan. Penemuan ini sangat penting bagi dunia sains dan teknologi karena mampu memberikan jawaban pada pertanyaan lama tentang bagaimana permen kaca kecil tetesan air dapat bertahan dari hantaman palu, namun dapat hancur dengan sedikit sentuhan pada batangnya. Dalam penelitian baru velvetmedia.id, diketahui bahwa kepala tetesan kaca kecil ini memiliki kekuatan yang tak tergoyahkan karena adanya gaya tekan yang bekerja di bagian luar tetesan, yang menyaingi gaya tekan dalam beberapa bentuk seperti baja.

Tetesan kaca Pangeran Rupert pertama kali dikenal luas pada tahun 1660 dan sejak itu menjadi teka-teki bagi para ilmuwan di seluruh dunia. Namun, berkat penemuan baru ini, misteri tersebut akhirnya terpecahkan. Penemuan ini dilakukan oleh rekan penulis Srinivasan Chandrasekar, seorang profesor teknik industri dan direktur Pusat Pemrosesan Bahan dan Tribologi di Purdue University di Indiana.

Dalam sebuah pernyataan, Chandrasekar menjelaskan bahwa tetesan kaca Pangeran Rupert memiliki kekuatan yang luar biasa karena adanya gaya tekan yang bekerja di bagian luar tetesan. Dalam penelitian yang dilakukan, gaya-gaya ini mampu menyaingi gaya tekan dalam beberapa bentuk seperti baja. Hasil penelitian ini sangat penting bagi perkembangan teknologi dan sains di masa depan.

Sejak dikenal luas pada tahun 1660, tetesan Pangeran Rupert telah menjadi topik penelitian para ilmuwan selama berabad-abad. Namun, baru pada tahun 1994, Chandrasekar dan rekannya berhasil menggunakan kamera berkecepatan tinggi untuk menangkap 1 juta frame per detik dari tetesan air saat pecah. Rekaman tersebut mengungkapkan bahwa retakan kecil yang terbentuk di ekor dengan cepat menyebar ke kepala. Begitu retakan itu mencapai kecepatan yang cukup tinggi (sekitar 1,5 kilometer per detik), retakan itu terbelah menjadi dua.

Penemuan baru tentang tetesan kaca Pangeran Rupert ini akan menjadi landasan penting bagi perkembangan sains dan teknologi di masa yang akan datang. Para ilmuwan akan dapat memanfaatkan penemuan ini untuk mengembangkan material-material baru yang lebih kuat dan tahan banting, serta untuk mengembangkan teknologi yang lebih maju di masa depan.

Dalam penelitian terbaru di bidang sains dan teknologi, para ilmuwan telah berhasil mengungkap misteri sifat kepala tetesan kaca yang sebelumnya sulit dijelaskan. Melalui teknik fotoelastisitas terintegrasi, Chandrasekar dan timnya menemukan bahwa kepala tetesan kaca memiliki kekuatan yang luar biasa dan hampir tidak mudah pecah.

Penemuan ini sangat penting untuk memahami sifat dan karakteristik pernak-pernik kaca, terutama dalam memperbaiki dan meningkatkan keamanan struktur bangunan. Dalam hal ini, teknologi fotoelastisitas terintegrasi telah membuka pintu bagi pengembangan materi dan teknologi baru yang lebih kuat dan tahan lama.

Dengan begitu, para ilmuwan dan ahli teknologi dapat terus mengembangkan inovasi dan solusi baru untuk mengatasi tantangan dalam bidang sains dan teknologi, serta meningkatkan kualitas hidup manusia.

Baca juga: Kecerdasan Buatan Obat Anti Penuaan Melawan “Sel Zombie”

Teknik yang digunakan untuk menempatkan objek dalam genangan air dan kemudian melewati gelombang cahaya terpolarisasi telah menjadi topik penelitian dalam sains dan teknologi. Tekanan internal di dalam materi dapat mengubah polarisasi cahaya, dan melihat polarisasi gelombang cahaya keluar melalui filter khusus dapat mengungkapkan tekanan internal dalam objek. Salah satu objek yang telah diteliti adalah tetesan air Prince Rupert, yang ternyata mengalami tingkat tegangan kompresi yang luar biasa. Tekanan ini terbentuk karena jenis kaca yang digunakan dalam tetesan air mata ini, yang mengembang secara dramatis dengan panas dan menyusut secara dramatis saat terkena air dingin.

Penelitian ini dilaporkan dalam sebuah makalah yang dipublikasikan secara daring di Applied Physics Letters dengan judul “On the extraordinary strength of Prince Rupert’s drops”. Selain itu, pengujian mereka juga telah direkam dan diunggah di Channel Youtube Purdue Engineering dengan judul “Prince Rupert’s Drops: 400 Year Old Mystery Revealed”. Dengan adanya teknologi dan penelitian sains yang terus berkembang, semakin banyak misteri di dunia ini yang dapat dipecahkan.