Dapatkah Chatbot Menggeser Interaksi Manusia? – Chatbot adalah program buatan yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mensimulasikan percakapan seperti manusia. Istilah “bot” singkatan dari robot internet. Saat ini, chatbot menjadi asisten virtual yang semakin dipopulerkan dan membuat interaksi dengan teknologi semakin mudah.

Alexa, Siri, dan lainnya telah menjadi teman virtual yang mengetahui kebiasaan, rutinitas, hobi, dan minat kita. Bagi perusahaan, chatbot menjadi formula kemenangan velvetmedia.id dalam menghubungkan konsumen dengan aplikasi yang banyak digunakan.

Bot dapat memberikan kenyamanan yang lebih besar daripada aplikasi dan penelusuran web karena chatbot dapat memahami pola ucapan alami dan memberikan sentuhan pribadi dalam antarmuka pengguna yang tidak bersifat pribadi. Namun, kita harus menyadari bahwa berinteraksi dengan chatbot dapat memiliki konsekuensi psikologis yang mendalam, seperti atribusi karakteristik manusia pada komputer atau mesin.

Sebagai bagian dari perkembangan sains dan teknologi, chatbot memberikan kemudahan bagi pengguna dalam mengakses informasi dan berinteraksi dengan teknologi. Namun, kita perlu memperhatikan cara berinteraksi dengan chatbot agar tidak terjebak dalam atribusi antropomorfik yang salah.

Dalam beberapa tahun terakhir, sains dan teknologi telah mengalami kemajuan pesat dalam menghadirkan chatbot sebagai sesuatu yang lebih dekat dengan manusia. Namun, peningkatan humanisasi pada chatbot dapat memicu perubahan paradigma penting dalam bentuk interaksi manusia.

Baca juga: Membuat Inovasi Hidrogen Langsung dari Air Laut Tanpa Perlu Desalinasi

Hal ini dapat berdampak negatif pada cara kita berinteraksi dengan orang lain. Sebagai manusia, otak kita cenderung memilih penyederhanaan daripada kompleksitas. Interaksi komputer sangat cocok dengan ini karena didirikan pada premis isyarat sosial minimal atau dibatasi yang dapat diringkas dalam emotikon, tidak memerlukan banyak upaya kognitif.

Meskipun dapat memudahkan interaksi, chatbot tidak memerlukan keterlibatan emosional dan interpretasi isyarat nonverbal yang dibutuhkan oleh manusia. Interaksi berulang dengan chatbot dapat memicu pembangunan model mental baru yang akan menginformasikan interaksi ini. Ini akan dialami sebagai keadaan pikiran yang berbeda dari mana kita menafsirkan interaksi sosial.

Jika kita terbiasa dengan bentuk interaksi bot ini, akan muncul preferensi untuk ‘komunikasi yang mudah.’ Oleh karena itu, perlu ada kajian lebih lanjut terkait dampak dari peningkatan humanisasi pada chatbot terhadap interaksi manusia agar dapat menghindari dampak negatif dan menjaga keseimbangan antara teknologi dan manusia.