Limbah Padi Indonesia Disulap Menjadi Energi Listrik Berbiaya Rendah – Indonesia mengalami masalah besar dalam hal limbah padi yang dibakar di lahan terbuka setiap tahunnya. Hal ini telah menyebabkan polusi udara yang buruk dan dikaitkan dengan risiko kanker paru-paru.
Namun, para ilmuwan dari Energy and Bioproducts Institute di Aston University melihat masalah ini sebagai potensi untuk menghasilkan energi berbiaya rendah dalam skala komersial. Mereka sedang mengembangkan teknologi konversi biomassa yang disebut pirolisis untuk menangkap energi dari limbah padi.
Proses ini melibatkan pemanasan bahan limbah organik ke suhu tinggi sekitar 500 °C untuk memecahnya, menghasilkan uap dan produk padat. Konsorsium yang terdiri dari Aston University bertujuan untuk menunjukkan bahwa proses ini dapat dilakukan dalam skala komersial. Dalam jangka panjang, sains dan teknologi velvetmedia.id dapat membantu Indonesia mengatasi masalah limbah padi dan mendorong penggunaan sumber energi terbarukan.
Beberapa uap dapat berubah menjadi minyak pirolisis atau minya-bio pirolisis yang dapat diubah menjadi listrik. Saat ini, metode umum hanya bisa mengubah sekitar 35% energi termal jerami padi menjadi listrik yang terjangkau. Namun, teknologi baru dalam bentuk mesin pembakaran yang dirancang oleh Carnot Limited dapat meningkatkan efisiensi menjadi 70%.
Dengan menggunakan teknologi ini, negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dapat menciptakan energi yang dihasilkan secara lokal dan berkontribusi pada target net zero tahun 2050. Selain itu, teknologi ini juga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesehatan penduduk setempat.
Proyek ini dapat membantu mengembangkan model bisnis yang dapat mendukung perusahaan dan otoritas lokal untuk menghasilkan energi lokal yang murah di Indonesia dan negara lain dengan kapasitas biomassa. Dalam sains dan teknologi, terdapat kemajuan yang dapat membantu mencapai tujuan yang lebih baik bagi lingkungan dan masyarakat secara umum.
Tiga ahli akademik dari berbagai bidang ilmu di Aston University terlibat dalam proyek awal yang berfokus pada Pulau Lombok di Indonesia. Para ahli tersebut adalah Jude Onwudili, Muhammad Imran, dan Mirjam Roeder yang berbasis di Energy and Bioproducts Research Institute (EBRI) di Aston University.
Jude Onwudili yang memimpin tim menyatakan bahwa proyek ini memiliki potensi yang sangat besar dalam penerapan sains dan teknologi. Komersialisasi teknologi gabungan ini akan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Indonesia melalui penciptaan lapangan kerja langsung dan tidak langsung, termasuk rantai pasokan bahan baku serta distribusi dan penjualan listrik.
Sekitar satu juta rumah di Indonesia tidak memiliki akses ke energi, dan 6.000 pulau berpenghuni di Indonesia membuat pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan menjadi sebuah tantangan. Oleh karena itu, teknik-teknik baru yang sedang dieksplorasi dapat mengurangi pencemaran lingkungan, berkontribusi pada net zero, dan yang paling penting, menyediakan akses ke energi yang terjangkau dari limbah pertanian lokal yang berkelanjutan.
Baca juga: Pickatale Ruang Membaca dan Mendengarkan Dongeng Indonesia
Tim proyek telah menghitung bahwa biomassa menghasilkan listrik yang lebih murah (sekitar $4,3$/kWh) dibandingkan dengan tenaga surya (sekitar $6,6/kWh), panas bumi (sekitar $6,9/kWh), batu bara (sekitar $7,1/ kWh), angin (sekitar $8/kWh) dan gas bersubsidi (sekitar $8,4/kWh). Dengan penerapan sains dan teknologi yang tepat, proyek ini berpotensi untuk menjadi solusi yang berkelanjutan dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
Proyek di Lombok ini akan dimulai pada April 2023 dengan total dana 1,5 juta euro. Dengan dukungan para ahli sains dan teknologi yang berkompeten, diharapkan proyek ini dapat memberikan dampak yang positif bagi masyarakat Indonesia dan berkontribusi pada pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.