Mereka yang Tingkat Pendidikan dan Penghasilannya Rendah Rentan Sebar Hoaks – Hoaks di Papua dan pemilihan kepala daerah serentak di masa depan diperkirakan akan terus menjadi persoalan di Indonesia. Namun, upaya untuk memberantas hoaks dan misinformasi di media sosial velvetmedia.id telah dilakukan sejak 2017 oleh pemerintah, akademisi, pekerja media, dan pegiat literasi.

Program literasi yang dirancang dengan target individu telah diterapkan karena mereka dianggap sebagai aktor kunci yang menentukan tersebarnya hoaks dan misinformasi di media sosial. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Laeeq Khan dari Ohio University dan saya, yang diterbitkan di jurnal Behavior and Information Technology, menunjukkan bahwa rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi seseorang membuat mereka lebih rentan untuk menyebarkan hoaks. Temuan ini dapat menjadi petunjuk dalam penyusunan program literasi yang lebih tepat sasaran.

Dalam penelitian kami, kami ingin mengetahui bagaimana kemampuan seseorang dalam mencari, membagi, dan memverifikasi informasi mempengaruhi perilaku mereka dalam menyebarkan hoaks. Penelitian ini melibatkan 396 responden yang terdiri dari mahasiswa di tiga universitas di negeri dan swasta di Jakarta serta pekerja media di beberapa wilayah di Indonesia.

Riset ini dilakukan pada Januari-Februari 2018 dengan metode pengambilan data berupa kuisioner yang disebar melalui jaringan internet. Kami memilih metode ini untuk menjangkau responden dengan lebih mudah. Dalam kuisioner kami, kami menanyakan tingkat kemampuan masing-masing responden dalam mencari, membagi, dan memverifikasi informasi. Kami memilih menyebarkan kuisioner ke pekerja media dan mahasiswa dengan asumsi bahwa kelompok ini memiliki pengetahuan dan keahlian lebih baik dalam mengenali misinformasi.

Kami berharap hasil penelitian kami dapat membantu dalam penyusunan program literasi yang lebih tepat sasaran untuk memberantas hoaks dan misinformasi di media sosial. Dalam era sains dan teknologi yang semakin maju, penting bagi kita untuk menjadi lebih kritis dalam mencari dan memverifikasi informasi yang kita terima.

Baca juga: Dapatkah Chatbot Menggeser Interaksi Manusia?

Dalam penelitian ini, mayoritas responden memiliki latar belakang pendidikan S1 dan berpenghasilan sesuai dengan Upah Minimum Provinsi Jakarta. Namun, terdapat korelasi negatif yang signifikan antara tingkat pendidikan dan penghasilan dengan perilaku menyebarkan misinformasi tanpa memverifikasinya lebih dulu. Temuan ini menunjukkan bahwa program literasi informasi perlu diberikan kepada individu tanpa membedakan usia, terutama individu dari tingkat pendidikan yang lebih rendah, pendapatan yang lebih rendah, dan mereka yang baru saja menggunakan internet.

Program literasi informasi sebaiknya dimulai dengan mengajarkan individu tentang proses produksi informasi di media sosial dan kualitas berbagai jenis informasi di sana. Hal ini karena penelitian menunjukkan bahwa mereka yang rentan percaya begitu saja pada informasi yang ada di media sosial. Pengetahuan tentang sains dan teknologi juga dapat membantu dalam memverifikasi informasi yang tersebar di media sosial. Oleh karena itu, rekomendasi kami adalah untuk menambahkan materi tentang sains dan teknologi dalam program literasi informasi untuk mencegah penyebaran hoaks di media sosial.