Juarai Kompetisi Internasional Mobil Karya Anak Bangsa

Juarai Kompetisi Internasional Mobil Karya Anak Bangsa – Seorang mahasiswa dari Universitas Pendidikan Indonesia yang berasal dari Bandung, Jawa Barat, mencatat sejarah dengan menjadi juara dalam Kejuaraan Dunia Pembalap Shell Eco Marathon di Inggris. Tim Bumi Siliwangi menggunakan mobil listrik Turangga Chetta EV3 dan berhasil mengungguli tim-tim lain dari Eropa, Asia, dan Amerika. Kegembiraan dan haru bercampur menjadi satu saat mobil Turangga Chetta EV3 melintasi garis finis di Queen Elizabeth Olympic Park, di Stratford, Inggris, pada hari Minggu (3/7/2016). Mobil tim Bumi Siliwangi velvetmedia.id menjadi mobil pertama yang tiba di garis akhir. Tujuh mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) berlari menyambut pengemudi mobil, Ramdani (22), yang juga merupakan teman mereka. “Saya tidak bisa percaya. Saya tidak bisa mengatakan apa-apa lagi,” ujar Ramdani. Pendamping tim dan juga pengajar di Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan UPI, Sriyono (47), berusaha menenangkan dan merangkul para mahasiswa yang menjadi histeris. Mereka saling berangkulan, berjalan mengelilingi petak lintasan, dan berdoa. Tidak lama kemudian, mereka menyanyikan lagu “Indonesia Raya” di tengah-tengah lintasan. Sofiuddin Al Badri (22), salah satu anggota tim, membungkus tubuhnya dengan bendera Merah Putih dan menangis bahagia.

Hanya dalam waktu tiga bulan sejak acara Shell Eco Marathon Asia di Manila, Filipina pada bulan Maret 2016, Tim Bumi Siliwangi bekerja keras untuk mempersiapkan mobil mereka untuk berpartisipasi dalam acara Shell Eco Marathon Drivers World Championship (DWC). Pada Shell Eco Marathon Asia, Tim Bumi Siliwangi mendapatkan peringkat kedua dalam ajang mobil hemat energi di seluruh Asia. “Kami memiliki waktu kurang dari empat bulan untuk menyiapkan mobil. Kami terus berlatih di Bandung, baik di jalan datar maupun jalan menanjak. Kami juga mencoba trek di Lembang sehingga ketika ada bagian jalan menanjak dalam kompetisi ini, kami sudah siap,” kata Amin Sobirin (23), Manajer Tim Bumi Siliwangi.

Untuk memenuhi persyaratan Shell Eco Marathon DWC, Tim dari UPI harus melakukan beberapa perubahan dalam spesifikasi mobil, termasuk sistem rem. Sebelumnya, tim menggunakan sistem rem sepeda. Sekarang, sistem rem tersebut telah diganti dengan sistem rem sepeda motor untuk memberikan daya cengkeram yang lebih kuat. Panitia mensyaratkan penggunaan sistem rem sepeda motor karena Shell Eco Marathon DWC bukan lagi tentang mencari mobil yang paling hemat dalam jarak tempuh terjauh, melainkan mobil yang paling hemat dan mampu mencapai garis finis dengan cepat. Panitia menuntut agar mobil dapat berhenti dalam jarak 20 meter setelah sistem rem diaktifkan pada kecepatan 50 kilometer per jam. Tim harus melakukan berbagai percobaan dengan memperhitungkan faktor-faktor seperti angin, kondisi ban, dan kemiringan jalan.

Hasil dari kerja keras tersebut terlihat pada penampakan mobil Turangga Chetta EV3 yang mengalami penyok di bagian depan dan kanan-kiri. Berbeda dengan mobil peserta lainnya dari Eropa dan Amerika, bahkan mobil dari mahasiswa Nanyang Technological University, Singapura, mobil Turangga terlihat lebih sederhana dan memiliki beberapa penyok.

“Mobil kami mengalami kecelakaan saat melakukan latihan pengereman di Bandung. Beberapa sisi mobil mengalami penyok. Beruntung pengemudi selamat karena rangka mobil dilapisi dengan besi,” ujar Sriyono. Tim Bumi Siliwangi tidak menyerah begitu saja. Melalui latihan dan pemeriksaan mesin yang berkelanjutan, mereka terus memperkuat diri. Keikutsertaan mereka dalam SEM Asia sejak tahun 2012 telah mengejutkan banyak orang karena berhasil meraih posisi terhormat dalam kompetisi tersebut. Namun, jika dibandingkan dengan tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan tim dari Universitas Indonesia (UI), partisipasi UPI baru tergolong baru. Tim-tim lain dari Indonesia yang juga diundang untuk ikut berkompetisi dalam SEM DWC di Inggris telah mengikuti lomba mobil hemat energi Shell sejak tahun 2010.

Pada SEM DWC kali ini, baik tim dari ITS maupun UI juga menunjukkan dedikasi dan ketekunan yang luar biasa. Tim ITS bahkan terus berusaha untuk memperbaiki mobil mereka yang terbakar hingga menit terakhir batas waktu inspeksi teknis. Mobil mereka terkena api ketika sedang dalam perjalanan dari Bandara Heathrow menuju Queen Elizabeth Olympic Park. Meskipun kemungkinannya kecil, tim ITS tetap bekerja keras untuk memperbaiki mobil Sapuangin 10 mereka yang menggunakan bahan bakar solar. Panitia memberikan kelonggaran dengan memperbolehkan tim untuk memperbaiki mobil meskipun syarat utama untuk berkompetisi dalam SEM DWC adalah tidak ada perubahan signifikan pada bodi dan mesin mobil tersebut yang dibawa dari SEM Asia. Saat berkompetisi dalam SEM Asia, tim ITS berhasil menjadi juara pertama dalam kategori mobil urbanconcept yang menggunakan bahan bakar diesel.

Setelah berjuang selama tiga hari, tim ITS berhasil menyelesaikan perbaikan mobil mereka dan lulus inspeksi teknis. Karena terpaksa, tim menggunakan material bangunan untuk membuat pintu dan atap mobil. Mereka juga menerima bantuan alat dan material dari UI dan UPI. Tim ITS bahkan mendapatkan bantuan dari tim-tim Eropa dan Amerika. Namun, mereka tetap tidak diperbolehkan berkompetisi karena telah melakukan perubahan signifikan pada bodi mobil. Tim Sadewa dari UI yang sebelumnya menjadi juara pertama dalam kategori mobil urbanconcept yang menggunakan bahan bakar bensin di SEM Asia juga gagal melalui kualifikasi SEM DWC. Tim UI mengalami kerusakan pada gir transmisi yang menyebabkan mesin mati. Mereka tidak dapat mencetak angka meskipun lolos dalam inspeksi teknis. “Kami perlu belajar mengatasi kendala ini di masa mendatang,” kata Alfian Ibnu Pratama (21), Manajer Tim dari UI.

Baca juga: AS dan Inggris Snowden ‘bongkar enkripsi online’

Tim-tim Indonesia mendapat pujian dari Ketua Penyelenggara SEM DWC, Danny Van Otterdyk, dan Direktur Teknis SEM Asia, Colin Chin. Menurut Colin, mobil-mobil dari tim Indonesia sangat efisien. Danny juga memuji semangat yang ditunjukkan oleh tim-tim Indonesia.

Dengan menjadi juara SEM DWC, Tim Bumi Siliwangi berhak mendapatkan hadiah berupa kunjungan ke markas tim Formula 1 Ferrari di Maranello, Italia, pada tanggal 4-8 Desember 2016. “Ini adalah hadiah terbaik untuk Lebaran. Saya merindukan Bandung,” kata Ramdani sambil melompat-lompat dan menyanyikan lagu “Halo-halo Bandung” bersama teman-temannya. Selamat kepada Tim Bumi Siliwangi!

AS dan Inggris Snowden ‘bongkar enkripsi online’

AS dan Inggris Snowden ‘bongkar enkripsi online’ – Badan intelijen AS dan Inggris dilaporkan telah mengungkap teknologi yang digunakan untuk mengenkripsi layanan internet seperti online banking, data medis, dan email. Namun, pengungkapan informasi velvetmedia.id tersebut oleh Edward Snowden memicu kontroversi di kalangan masyarakat dunia terkait privasi dan keamanan data.

NSA dan GCHQ diyakini telah meretas protokol kunci keamanan online dengan program rahasia mereka yang bernama Bullrun dan Edgehill. Program tersebut diduga telah menghabiskan dana sebesar $250 juta setiap tahunnya. Meski demikian, inovasi sains dan teknologi terus berkembang untuk meningkatkan keamanan internet di masa depan.

“Laporan Persuasi di Balik Layar” mengungkapkan bahwa badan intelijen Inggris dan AS sedang berfokus pada enkripsi dalam teknologi ponsel pintar 4G, email, belanja online, dan jaringan bisnis jarak jauh. Dalam program Bullrun, NSA sedang membangun komputer super canggih untuk membobol teknologi pengacak dan enkripsi informasi pribadi saat pengguna mengakses berbagai layanan internet.

Baca juga: Seember Air Es Guyur Kepala Bill Gates

Selain itu, NSA juga bekerja sama dengan perusahaan teknologi untuk menciptakan pintu belakang ke software mereka, yang memungkinkan pemerintah untuk mengakses informasi sebelum dienkripsi dan dikirim melalui internet.

Metode yang digunakan dalam program ini melibatkan sains dan teknologi rekayasa teknis serta perintah pengadilan demi mengeksploitasi protokol perlindungan keamanan komunikasi sehari-hari. Dilaporkan bahwa AS mulai menginvestasikan miliaran dolar untuk program Bullrun pada tahun 2000 setelah mereka gagal menciptakan pintu belakang di semua sistem enkripsi.

Ini menunjukkan bahwa dalam dunia yang semakin canggih dalam sains dan teknologi, keamanan informasi menjadi semakin penting. Namun, program seperti Bullrun mengangkat kontroversi tentang privasi dan keamanan data pengguna internet. Sebagai profesional di industri teknologi, kita perlu memastikan bahwa sistem proteksi dan keamanan yang kuat dikembangkan untuk memastikan privasi dan keamanan pengguna terjaga.

Seember Air Es Guyur Kepala Bill Gates

Seember Air Es Guyur Kepala Bill Gates – Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, dan pendiri Microsoft, Bill Gates, baru-baru ini menantang satu sama lain untuk mandi air es demi meningkatkan perhatian terhadap penyakit ALS. Dalam video yang diunggah oleh The Verge, Gates mengambil tantangan tersebut dengan cara yang lebih “canggih” dengan membuat alat penuang air yang terlihat seperti ayunan. Meskipun kedua orang kaya ini menunjukkan aksi yang menghibur, pada kenyataannya mereka bertujuan untuk meningkatkan perhatian dan menggalang dana riset untuk penanganan ALS.

Penyakit ALS atau Lou Gehrig’s Disease adalah penyakit degenerasi saraf otak yang menyebabkan penderitanya lumpuh, tak bisa makan, berbicara, atau bernapas. Sayangnya, ALS tidak bisa disembuhkan dan hanya memberikan waktu selama dua hingga lima tahun bagi siapa pun yang didiagnosis terkena penyakit ini sebelum berpulang selamanya.

Dalam kegiatan amal ini, sains dan teknologi velvetmedia.id memainkan peran penting dalam meningkatkan perhatian terhadap penyakit ini. Melalui teknologi, tantangan ini dapat ditampilkan secara online dan disaksikan oleh jutaan orang di seluruh dunia. Sementara itu, sains terus berusaha untuk menemukan cara terbaik dalam menangani penyakit ini dan mencari obat yang tepat untuk menghentikan perkembangan penyakit ini.

Kami mengapresiasi langkah yang diambil oleh Gates dan Zuckerberg dalam membantu meningkatkan perhatian terhadap penyakit ALS dan memperlihatkan bahwa sains dan teknologi dapat digunakan untuk tujuan yang positif. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus digalakkan untuk mendukung riset dan penanganan penyakit-penyakit yang membutuhkan perhatian khusus.

Baca juga: Terkendala Dana Perkembangan Robot di Indonesia

Banyak kalangan selebriti dan orang-orang kaya di Amerika Serikat yang sedang aktif mengikuti fenomena Ice Bucket Challenge. Inisiatif ini bertujuan untuk menggalang dana bagi asosiasi ALS dalam rangka riset penyakit tersebut. Dalam tantangan ini, seseorang harus mengguyur dirinya dengan seember air es dan menantang tiga orang untuk melakukan hal yang sama dalam waktu 24 jam. Jika ditantang menolak, maka harus menyumbangkan dana sebesar 100 dollar ke ALS Association. Tantangan ini telah menyebar ke kalangan para petinggi perusahaan teknologi seperti Gates dan Zuckerberg.

Banyak dari mereka yang memilih untuk melakukan kedua opsi dalam tantangan, yaitu mengguyur diri dengan air es sekaligus menyumbang uang. Cara ini terbukti efektif meningkatkan perhatian untuk ALS dan menggalang dana. Berdasarkan laporan New York Times, uang yang telah dikumpulkan untuk ALS mencapai 13,3 juta dollar AS sejak 29 Juli hingga Minggu (17/8) kemarin, dibandingkan angka 1,7 juta dollar AS pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, jumlah donor meningkat sebanyak 260.000. Dengan adanya banyak selebriti dan tokoh terkenal yang mengikuti Ice Bucket Challenge, diharapkan dapat meningkatkan perhatian dan dukungan bagi riset sains dan teknologi dalam mengatasi penyakit ALS.

Terkendala Dana Perkembangan Robot di Indonesia

Terkendala Dana Perkembangan Robot di Indonesia – Dr. Ir. Wahidin Wahab M.Sc., seorang pakar robotika, mengungkapkan bahwa meskipun pengetahuan robotika di Indonesia tidak kalah dengan negara-negara lain, namun penelitian robot di velvetmedia.id Indonesia masih terkendala dana terutama dalam pembuatan perangkat keras.

Dalam pengembangan robot humanoid Nao yang diproduksi Perancis, biaya pembuatannya bahkan bisa mencapai dua kali lipat harga jual robot tersebut. Namun, sebagai alternatif, Wahidin menyarankan agar aspek-aspek lain dalam dunia robotika seperti pengembangan algoritma dapat dikembangkan terlebih dahulu.

Hal ini dimaksudkan agar ketika dana mencukupi untuk pembelian perangkat keras, pengembangan lainnya sudah dapat dilakukan. Selain itu, Wahidin juga melihat bahwa robotika dapat menjadi media untuk memacu penguasaan teknologi seperti mesin, elektronika, dan komputer.

Baca juga: 7 Cara Sederhana untuk Buktikan Bahwa Bentuk Bumi Itu Bulat

Meskipun dalam lima tahun terakhir, robotika Indonesia telah mengalami kemajuan yang pesat terlihat dari semakin banyaknya kompetisi pembuatan robot yang dimenangi oleh peserta dari Indonesia, namun masih terdapat keterbatasan dalam hal kualitas robot yang dibuat. Oleh karena itu, Wahidin sedang mengumpulkan para pakar, dosen, dan penggemar robotika dalam Asosiasi Robotika Indonesia yang diharapkan dapat mendorong kemajuan robotika di Indonesia.

Dalam upaya untuk mengembangkan sains dan teknologi di Indonesia, Wahidin menilai bahwa robotika dapat menjadi salah satu bidang yang dapat dimajukan. Harapannya, dalam 5-10 tahun ke depan, teknologi Indonesia dapat lebih maju dengan kemajuan di bidang robotika.

7 Cara Sederhana untuk Buktikan Bahwa Bentuk Bumi Itu Bulat

7 Cara Sederhana untuk Buktikan Bahwa Bentuk Bumi Itu Bulat – Perdebatan mengenai bentuk bumi telah menjadi topik yang menarik perhatian banyak orang. Ada dua penganut yang terbentuk, yaitu Bumi Bulat dan Bumi Datar, dan masing-masing kubu berupaya memberikan analisisnya. Namun, tahukah Anda bahwa sebenarnya ada berbagai cara untuk membuktikan velvetmedia bentuk Bumi tanpa menggunakan satelit, mulai dari yang murah dan mudah hingga yang butuh dana lebih?

Menurut Live Science, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui kapal yang berlayar di atas lautan. Cara ini sebetulnya telah diajarkan sejak sekolah menengah melalui pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Namun, mari kita bahas lebih jauh. Saat kapal berlayar menjauh dari dermaga, lambung kapal akan menghilang ditelan cakrawala lebih dulu dibandingkan dengan tiang kapal. Hal sebaliknya berlaku saat kapal datang dari lautan, tiang kapal terlihat lebih dulu dibandingkan dengan lambung kapal.

Dalam era sains dan teknologi yang semakin maju seperti sekarang, tentu saja cara-cara lainnya juga dapat dilakukan, seperti menggunakan teknologi GPS atau melalui foto-foto satelit. Namun, cara yang sederhana seperti menggunakan kapal tetap dapat menjadi referensi yang valid dalam membuktikan bentuk Bumi.

Dalam mempertimbangkan hal ini, penting bagi kita untuk terus mempelajari sains dan teknologi guna memperluas pengetahuan dan memperdalam pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita. Sebab, hanya dengan pemahaman yang baik dan ilmu pengetahuan yang cukup, kita dapat membuat keputusan yang tepat dan mengambil tindakan yang sesuai dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

Pada tahun 1881, sebuah teks pertama tentang bumi datar yang dikenal sebagai “Astronomi Zetetik” mencoba untuk menyanggah fenomena kapal di lautan. Namun, penjelasan tersebut hanya mengandalkan ilusi perspektif mata semata. Apabila ingin membuktikannya, pergi ke pelabuhan dengan membawa teleskop atau teropong.

Dengan teknologi ini, kapal masih akan menghilang di bawah kurva bumi. Selain itu, pemantauan bintang juga dapat membuktikan bahwa bumi tidak datar. Filsuf Yunani Aristoteles menemukan bahwa garis lintang yang berbeda akan menciptakan perbedaan konstelasi bintang, seperti Bintang Biduk dan rasi bintang Crux.

Sains dan teknologi memungkinkan kita untuk memahami dengan lebih baik tentang bentuk dan struktur bumi. Di era modern ini, tidak ada satupun sains dan teknologi yang mendukung gagasan bahwa bumi itu datar. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami sains dan teknologi dengan profesional sehingga dapat memahami dunia dengan lebih baik.

Dalam sains dan teknologi, kita mempelajari tentang fenomena alam yang terjadi di sekitar kita. Salah satunya adalah rasi bintang Crux yang berada di belahan bumi selatan. Namun, bintang ini hanya dapat dilihat dari Florida Keys karena perbedaan bentuk bumi yang bulat. Jika bumi berbentuk piringan, maka bintang-bintang tersebut dapat dilihat dari mana saja di bumi.

Selain itu, gerhana bulan dan matahari juga menjadi bukti bahwa bumi dan planet lain saling mengorbit. Aristoteles melakukan eksperimen pada gerhana bulan, dan fenomena yang terjadi saat itu menunjukkan bahwa bayangan bumi di wajah matahari melengkung. Gerhana matahari total yang terjadi pada Agustus 2017 di Amerika Utara juga menjadi bukti bahwa bumi berbentuk bulat.

Dalam sains dan teknologi, kita tidak hanya mempelajari fenomena alam, tetapi juga mencoba memahami dan menjelaskannya secara ilmiah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus belajar dan mengembangkan pengetahuan kita mengenai dunia di sekitar kita.

Dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, terdapat beberapa cara untuk melihat kebenaran bentuk bumi yang sebenarnya. Salah satunya adalah dengan memanjat pohon. Meskipun terlihat mudah, namun cara ini bisa memberikan pandangan yang lebih jauh dari sebelumnya. Namun, jika ingin melihat lebih akurat, ada jarak pandang maksimal sejauh lima kilometer yang bisa dilihat karena kelengkungan bumi.

Namun, jika memiliki dana yang cukup, naiklah penerbangan keliling dunia. AirTreks telah menyediakan jasa ini untuk melihat kebenaran bentuk bumi. Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam jurnal Applied Optics pada tahun 2008, kelengkungan bumi sedikit terlihat pada ketinggian sekitar 10 kilometer dengan sudut pandang 60 derajat. Lengkungan ini semakin terlihat pada ketinggian 15 kilometer, seperti yang dulu mudah dicapai oleh para penumpang pesawat jet Concorde yang terbang pada ketinggian 18 kilometer.

Dalam dunia sains dan teknologi, terdapat berbagai cara untuk membuktikan kebenaran bentuk bumi. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada, kita bisa melihat lebih akurat dan mendalam mengenai bentuk bumi yang sebenarnya.

Dalam ilmu sains dan teknologi, terdapat berbagai metode untuk mengetahui bentuk bumi. Salah satunya adalah dengan menggunakan balon cuaca yang dilakukan oleh mahasiswa University of Leicester pada Januari 2017. Mereka mengikatkan kamera pada balon cuaca yang naik hingga 23,6 kilometer dan merekam adanya lengkungan cakrawala. Metode ini cukup efektif dan relatif murah.

Selain itu, terdapat pula metode pembandingan bayangan yang pernah digunakan oleh matematikawan Yunani bernama Eratosthenes untuk memperkirakan keliling bumi. Eratosthenes membandingkan bayangan titik balik matahari antara Aswan dan Alexandria yang lebih di utara pada pukul 12 siang. Ketika matahari berada di atas kepala Eratosthenes di Aswan, tidak ada bayangan yang dihasilkan. Namun, di Alexandria, bayangan muncul dari tongkat yang dipasang pada jam yang sama.

Baca juga: Curi 60 Juta Dolar Scammer asal Indonesia Untuk Dana Bansos AS

Dalam era teknologi yang semakin canggih, terdapat pula metode lainnya seperti penggunaan satelit atau pengukuran GPS untuk mengetahui bentuk bumi. Namun, metode-metode sederhana seperti balon cuaca dan pembandingan bayangan Eratosthenes tetap menjadi bukti akan kemajuan manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ketika menemukan hal tersebut, Eratosthenes menyadari bahwa dengan mengetahui sudut bayangan dan jarak antara kedua kota, ia dapat menghitung keliling bumi. Bayangkan jika bumi itu datar. Perbedaan panjang bayangan tidak akan terjadi karena posisi matahari relatif akan selalu sama terhadap tanah. Namun karena bumi berbentuk bulat, posisi matahari juga berbeda, bahkan ketika kedua kota tersebut hanya berjarak beberapa ratus kilometer.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu sains dan teknologi dalam mengembangkan pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita. Dalam hal ini, Eratosthenes menggunakan akal sehat dan pengetahuan tentang bumi untuk memecahkan masalah yang sulit dan menghasilkan penemuan yang signifikan. Kita bisa belajar dari contohnya dan menggunakan pengetahuan sains dan teknologi untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat saat ini.

Curi 60 Juta Dolar Scammer asal Indonesia Untuk Dana Bansos AS

Curi 60 Juta Dolar Scammer asal Indonesia Untuk Dana Bansos AS – Dua pelaku penipuan digital asal Indonesia berhasil mencuri dana bantuan sosial Covid-19 senilai 60 juta dolar AS dari pemerintah Amerika Serikat melalui situs palsu. Pelaku menggunakan teknologi dan sains untuk membuat situs yang serupa dengan situs resmi pemerintah AS dan memanfaatkan program Pandemic Unemployment Assistance untuk mencuri data pribadi warga negara AS.

Setelah beroperasi sejak Mei 2020, pelaku akhirnya tertangkap pada tanggal 1 Maret 2021 di Surabaya oleh petugas Siber Distreskrimsus Polda Jatim. Melalui penggunaan software untuk mengirimkan SMS blast ke 20 juta warga negara AS, pelaku berhasil mengecoh sebanyak 30.000 warga negara AS untuk mengisi formulir di situs palsu tersebut. Tindakan pelaku ini merupakan pelanggaran serius dalam dunia sains dan teknologi, dan harus ditindak dengan tegas oleh pihak berwenang.

Sejumlah warga negara Amerika Serikat telah menjadi korban penyalahgunaan data oleh pelaku berinisial S yang saat ini masih dalam daftar pencarian orang (DPO). Data tersebut dikumpulkan oleh SFR dan diserahkan ke S melalui aplikasi WhatsApp dan Telegram.

Tersangka S menggunakan data pribadi velvetmedia.id tersebut untuk meminta bantuan ke pemerintah AS lewat program PUA. Diperkirakan pelaku telah menerima dana senilai 60 juta dolar AS atau sekitar Rp 868 miliar. Dalam kasus ini, sains dan teknologi dapat menjadi solusi untuk mengamankan data pribadi dan mencegah penyalahgunaan data di masa depan.

Penerapan keamanan siber yang kuat dan penggunaan teknologi enkripsi dapat membantu melindungi data pribadi pengguna dari ancaman kejahatan siber. Sebagai warga dunia digital, kita harus menjaga data pribadi kita dengan baik dan selalu waspada terhadap ancaman yang muncul.

Baca juga: Untuk Hidupkan Kembali Mamut Berbulu Kolaborasi Ilmuwan dan Pengusaha

Menurut Farman, MZMSBP memiliki kemampuan untuk membuat situs web palsu. Sementara itu, SFR, seorang lulusan SMK di Jawa Timur, juga terlibat dalam kasus penipuan serupa. Farman mengungkapkan bahwa kedua pelaku menjadi perhatian karena terlibat dalam beberapa kasus penipuan sebelumnya. Polda Jatim bersama Mabes Polri dan FBI telah melakukan penyelidikan selama tiga bulan terkait kasus ini.

Farman menambahkan bahwa Polda Jatim masih melakukan pendalaman dan berkoordinasi dengan FBI karena kasus ini menyangkut warga negara AS. Kasus ini melibatkan teknologi dan sains dalam bidang informasi dan transaksi elektronik. Kedua pelaku dijerat dengan pasal 32 ayat (2) Jo pasal 48 ayat (2) UU RI nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas UU nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik Jo pasal 55 ayat (1) KUHP, dengan ancaman hukuman 9 tahun penjara dan/atau denda paling banyak Rp 3 miliar.

Penyelidik dari Direktorat Reskrimsus Polda Jawa Timur terus mengembangkan kasus ini dan menemukan satu terduga pelaku lagi yang merupakan warga negara asing. Penyelidikan kasus ini melibatkan teknologi dan sains dalam bidang informasi dan transaksi elektronik. Kerja sama antara Polda Jawa Timur dan FBI menunjukkan upaya profesional dalam menangani kasus ini dan sedang menyelidiki potensi keterlibatan sindikat internasional yang lebih luas.

 Untuk Hidupkan Kembali Mamut Berbulu Kolaborasi Ilmuwan dan Pengusaha

 Untuk Hidupkan Kembali Mamut Berbulu Kolaborasi Ilmuwan dan Pengusaha – Tim kolaborasi antara peneliti dan pengusaha bernama Colossal bertekad untuk menghidupkan kembali hewan yang sudah punah. Dalam misinya, mereka akan menempatkan beragam binatang yang luar biasa kembali ke tundra Siberia, ribuan tahun setelah kepunahannya. Melalui penggunaan sains dan teknologi, tim ini akan menghidupkan kembali mamut berbulu secara genetik.

Proyek ini melibatkan George Church, seorang ahli biologi di Harvard Medical School yang selama delapan tahun memimpin tim peneliti kecil velvetmedia.id yang mengembangkan alat untuk “membangkitkan” mamut. George Church menyatakan bahwa proyek ini adalah tonggak penting dalam kehidupan pemulihan hewan punah dan akan membuat perbedaan besar di dunia.

Sebuah perusahaan baru-baru ini berhasil menerima pendanaan awal sebesar USD 15 juta atau setara dengan Rp213,9 miliar untuk mendukung penelitian yang dilakukan di laboratorium Church dan laboratorium mereka sendiri di Boston dan Dallas. Perusahaan ini berfokus pada upaya mengubah DNA gajah dengan menambahkan gen dari mamut, seperti rambut lebat dan lemak tebal untuk menahan dingin.

Eriona Hysolli, mantan peneliti di laboratorium Church, akan mengawasi upaya ini. Para peneliti berharap dapat menghasilkan embrio gajah yang mirip dengan mamut dalam beberapa tahun dan akhirnya menciptakan populasi hewan ini.

Namun, ada peneliti lain yang skeptis dengan upaya ini dan banyak pertanyaan yang muncul apabila upaya ini berhasil dilakukan. Apakah manusiawi menghasilkan hewan yang biologinya hanya sedikit diketahui? Siapa yang dapat memutuskan apakah hewan ini dapat dilepaskan? Ahli paleogenetik di University of California Santa Cruz, Beth Shapiro, menyatakan bahwa ada banyak masalah yang akan dihadapi mengenai upaya ini.

Namun, ide untuk menghidupkan kembali mamut berbulu ini pertama kali muncul pada tahun 2013 dan menjadi mungkin untuk merekonstruksi genom spesies yang sudah punah berdasarkan fragmen DNA yang diambil dari fosil. Dalam konteks sains dan teknologi, hal ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa dan merupakan titik tolak dalam memahami dampak perbedaan DNA dalam tubuh manusia dan hewan.

Gereja menjadi terkenal karena menemukan cara membaca dan mengedit DNA. Namun, sekarang Gereja mencoba untuk menggunakan teknologi ini untuk menghidupkan kembali spesies yang sudah punah dengan menggunakan gen kerabat yang masih ada. Melalui modifikasi genom gajah Asia, Gereja berpikir bahwa itu mungkin dapat menghasilkan sesuatu yang akan terlihat dan bertindak seperti mamut.

Selain itu, usaha untuk menghidupkan kembali hewan yang sudah punah ini memiliki potensi untuk menjadi model kerja dalam memulihkan ekosistem yang rusak atau hilang, sehingga membantu memperlambat atau bahkan menghentikan efek perubahan iklim.

Baca juga: E-tatoo: Tato Elektronik yang Berfungsi untuk Mengukur Tingkat Stres

Teknologi yang digunakan dalam usaha menghidupkan kembali mamut berbulu dapat membawa dampak besar bagi sains dan lingkungan. Menarik bahwa Colossal, perusahaan yang didirikan oleh Ben Lamm, bertujuan untuk menggunakan teknologi ini untuk membantu melestarikan spesies yang terancam punah dan memulihkan hewan di mana manusia memiliki andil dalam kematiannya. Diharapkan bahwa teknologi ini dapat membantu membangun kembali ekosistem, menyembuhkan bumi kita, dan melestarikan masa depannya melalui populasi hewan yang sudah punah.

Mamut berbulu sendiri merupakan hewan purba raksasa yang menjelajahi sebagian besar wilayah Kutub Utara. Punah ribuan tahun lalu, selama beberapa dekade ini para ilmuwan mencoba untuk mengekstraksi dan mengurutkan DNA mamut melalui potongan-potongan gading, tulang, gigi, dan rambutnya. Dengan teknologi yang semakin canggih, para ilmuwan dapat menggunakan teknologi ini untuk mempelajari gen mamut berbulu dan memperbaiki lingkungan yang rusak.

Dalam kesimpulannya, teknologi sains yang digunakan untuk menghidupkan kembali mamut berbulu memiliki potensi besar untuk membantu menjaga keberlangsungan hidup spesies yang terancam punah dan memulihkan ekosistem yang rusak. Dengan menggunakan teknologi ini, manusia dapat berkontribusi dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan memperbaiki efek perubahan iklim.

E-tatoo: Tato Elektronik yang Berfungsi untuk Mengukur Tingkat Stres

E-tatoo: Tato Elektronik yang Berfungsi untuk Mengukur Tingkat Stres – Stres dapat diartikan sebagai respons tubuh terhadap situasi atau tuntutan yang memerlukan tindakan atau perhatian. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan fisik, emosional, atau psikologis pada seseorang. Meski setiap orang mengalami stres dalam kadar tertentu, cara meresponsnya dapat berdampak pada kesejahteraan secara keseluruhan. Penyebab stres dapat bermacam-macam, seperti pekerjaan, uang, hubungan, penyakit, atau bahkan peristiwa besar seperti pandemi Covid-19 dan bencana alam.

Dalam bidang sains dan teknologi velvetmedia.id, para peneliti di The University of Texas di Austin dan Texas A&M University telah mengembangkan teknologi tato elektronik (e-tattoo) untuk memantau stres emosional seseorang. Mereka mengaplikasikan grafen sebagai bahan dasar tato elektronik yang dapat menempel di telapak tangan dan terhubung ke jam tangan pintar. Tato ini hampir tidak terlihat, tidak mengganggu, dan mengurangi stigma sosial yang timbul saat memakai perangkat di tempat yang menonjol di tubuh.

Dalam makalah baru yang berjudul “Graphene e-tattoos for unobstructive ambulatory electrodermal activity sensing on the palm enabled by heterogeneous serpentine ribbons”, yang diterbitkan di jurnal Nature Communications, para peneliti menjelaskan tentang penggunaan teknologi tato elektronik untuk pemantauan stres emosional. Diharapkan teknologi ini dapat membantu orang dengan masalah kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Lu bersama kolaboratornya telah berhasil memajukan teknologi e-tattoo yang dapat dikenakan selama bertahun-tahun. Dalam penelitian ini, mereka menggunakan bahan graphene sebagai favorit karena ketipisannya dan kemampuannya dalam mengukur potensi listrik dari tubuh manusia yang menghasilkan pembacaan yang sangat akurat. Namun, bahan ultra-tipis seperti itu tidak bisa menangani banyak, jika ada tekanan, sehingga pengaplikasiannya pada bagian tubuh yang banyak bergerak menjadi sebuah tantangan, seperti telapak tangan/pergelangan tangan.

Baca juga: Mereka yang Tingkat Pendidikan dan Penghasilannya Rendah Rentan Sebar Hoaks

Pada penemuan ini, saus rahasia adalah bagaimana e-tato di telapak tangan berhasil mentransfer data ke sirkuit yang kaku. Dalam hal ini, jam tangan pintar yang tersedia secara komersial, di luar lab, menjadi pengaturan rawat jalan. Mereka menggunakan pita ular yang memiliki dua lapisan graphene dan emas yang sebagian tumpang tindih. Dengan meliuk-liuk pita bolak-balik, ia dapat mengatasi tekanan yang timbul akibat gerakan tangan untuk aktivitas sehari-hari seperti memegang setir saat mengemudi, membuka pintu, berlari, dan lain sebagainya.

Teknologi pemantauan telapak tangan saat ini menggunakan elektroda besar yang jatuh dan sangat terlihat. Atau sensor EDA yang diterapkan ke bagian tubuh lainnya, yang memberikan pembacaan yang kurang akurat. Namun, dengan menggunakan teknologi e-tattoo yang dikembangkan, dapat memungkinkan untuk memantau telapak tangan dengan lebih akurat dan lebih tidak terlihat.

Penelitian ini terinspirasi oleh virtual reality (VR), game, dan metaverse yang masuk untuk memperbaiki teknologi pemantauan telapak tangan. Lu mengatakan para peneliti terus berusaha untuk memperbaiki teknologi ini karena dapat berpotensi besar dalam bidang sains dan teknologi. VR digunakan dalam beberapa kasus untuk mengobati penyakit mental; namun, kemampuan kesadaran manusia dalam VR tetap kurang dalam banyak hal. Sehingga penelitian ini dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan kesadaran manusia dalam VR yang berpotensi membantu dalam pengobatan penyakit mental.

Mereka yang Tingkat Pendidikan dan Penghasilannya Rendah Rentan Sebar Hoaks

Mereka yang Tingkat Pendidikan dan Penghasilannya Rendah Rentan Sebar Hoaks – Hoaks di Papua dan pemilihan kepala daerah serentak di masa depan diperkirakan akan terus menjadi persoalan di Indonesia. Namun, upaya untuk memberantas hoaks dan misinformasi di media sosial velvetmedia.id telah dilakukan sejak 2017 oleh pemerintah, akademisi, pekerja media, dan pegiat literasi.

Program literasi yang dirancang dengan target individu telah diterapkan karena mereka dianggap sebagai aktor kunci yang menentukan tersebarnya hoaks dan misinformasi di media sosial. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Laeeq Khan dari Ohio University dan saya, yang diterbitkan di jurnal Behavior and Information Technology, menunjukkan bahwa rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi seseorang membuat mereka lebih rentan untuk menyebarkan hoaks. Temuan ini dapat menjadi petunjuk dalam penyusunan program literasi yang lebih tepat sasaran.

Dalam penelitian kami, kami ingin mengetahui bagaimana kemampuan seseorang dalam mencari, membagi, dan memverifikasi informasi mempengaruhi perilaku mereka dalam menyebarkan hoaks. Penelitian ini melibatkan 396 responden yang terdiri dari mahasiswa di tiga universitas di negeri dan swasta di Jakarta serta pekerja media di beberapa wilayah di Indonesia.

Riset ini dilakukan pada Januari-Februari 2018 dengan metode pengambilan data berupa kuisioner yang disebar melalui jaringan internet. Kami memilih metode ini untuk menjangkau responden dengan lebih mudah. Dalam kuisioner kami, kami menanyakan tingkat kemampuan masing-masing responden dalam mencari, membagi, dan memverifikasi informasi. Kami memilih menyebarkan kuisioner ke pekerja media dan mahasiswa dengan asumsi bahwa kelompok ini memiliki pengetahuan dan keahlian lebih baik dalam mengenali misinformasi.

Kami berharap hasil penelitian kami dapat membantu dalam penyusunan program literasi yang lebih tepat sasaran untuk memberantas hoaks dan misinformasi di media sosial. Dalam era sains dan teknologi yang semakin maju, penting bagi kita untuk menjadi lebih kritis dalam mencari dan memverifikasi informasi yang kita terima.

Baca juga: Dapatkah Chatbot Menggeser Interaksi Manusia?

Dalam penelitian ini, mayoritas responden memiliki latar belakang pendidikan S1 dan berpenghasilan sesuai dengan Upah Minimum Provinsi Jakarta. Namun, terdapat korelasi negatif yang signifikan antara tingkat pendidikan dan penghasilan dengan perilaku menyebarkan misinformasi tanpa memverifikasinya lebih dulu. Temuan ini menunjukkan bahwa program literasi informasi perlu diberikan kepada individu tanpa membedakan usia, terutama individu dari tingkat pendidikan yang lebih rendah, pendapatan yang lebih rendah, dan mereka yang baru saja menggunakan internet.

Program literasi informasi sebaiknya dimulai dengan mengajarkan individu tentang proses produksi informasi di media sosial dan kualitas berbagai jenis informasi di sana. Hal ini karena penelitian menunjukkan bahwa mereka yang rentan percaya begitu saja pada informasi yang ada di media sosial. Pengetahuan tentang sains dan teknologi juga dapat membantu dalam memverifikasi informasi yang tersebar di media sosial. Oleh karena itu, rekomendasi kami adalah untuk menambahkan materi tentang sains dan teknologi dalam program literasi informasi untuk mencegah penyebaran hoaks di media sosial.

Akses Teknologi Untuk Pendidikan dan Kesehatan di Natuna

Akses Teknologi Untuk Pendidikan dan Kesehatan di Natuna – Bayangan awan yang lewat di atas kepulauan Natuna sedikit meredakan panasnya siang ini. Seluruh siswa SMPN 2 Bunguran Timur sedang istirahat siang dan banyak dari mereka duduk-duduk di area taman sekolah yang terdapat batu-batu besar dan lonjong.

Kami berbincang dengan Budi Kesumawati (48) selaku kepala sekolah dan Maradona (27) selaku guru Teknologi Informatika di SMPN 2 Bunguran Timur mengenai penggunaan internet di sekolah, khususnya setelah Palapa Ring Barat dan pemancar sinyal dipasang di kepulauan Natuna. SMPN 2 Bunguran Timur merupakan sekolah “Adiwiyata” yang sering mengadakan kegiatan cinta lingkungan.

Para siswa akan menghadapi Ujian Nasional Bertaraf Komputer (UNBK) dan membutuhkan internet untuk itu. Kami membahas banyak hal, termasuk velvetmedia.id sains dan teknologi, dan merasa terkesan dengan keseriusan sekolah dalam memperhatikan lingkungan dan kebutuhan siswa.

Maradona memberikan pengajaran yang bijaksana terkait praktek di laboratorium TIK di SMPN 2. Meskipun jumlah komputer milik sekolah tidak sepadan dengan jumlah siswa, Maradona berhasil membagi para murid menjadi 2 kloter agar dapat bergantian mengikuti pelajaran TIK selama 2 jam.

Selain itu, Maradona juga mengajarkan para siswa untuk memahami bagaimana menggunakan internet dengan baik. Dalam hal ini, Palapa RIng Barat sangat membantu guru dan siswa dalam memanfaatkan teknologi untuk belajar dan melihat dunia luar. Keberhasilan dalam pengajaran sains dan teknologi akan membawa dampak positif pada masa depan para siswa.

Pendidikan dianggap sebagai faktor kunci untuk memajukan suatu bangsa, dan dalam era teknologi saat ini, akses internet menjadi hal yang sangat penting dalam mendukung proses belajar mengajar. Namun, kenyataannya masih banyak daerah yang belum merata dalam hal akses internet, sehingga menyulitkan para pelajar dan guru untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia di dunia maya.

Oleh karena itu, pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan infrastruktur teknologi dan sains di seluruh wilayah Indonesia, sehingga pendidikan dapat berjalan dengan lebih optimal dan merata di seluruh negeri.

Di kepulauan Natuna, akses internet baru dapat diakses dengan mudah setelah pembangunan Palapa Ring Barat (PRB) pada akhir 2018. Sebelum adanya PRB, masyarakat harus pergi ke pesisir untuk mencari sinyal. Namun, dengan adanya akses internet ini, pelajar merasa lebih mudah dalam mencari informasi untuk kebutuhan pendidikan mereka. Kehadiran teknologi memang dapat memberikan dampak positif bagi pendidikan di Natuna serta membantu memajukan bidang sains di sana.

Selain pendidikan, bidang kesehatan juga menjadi kebutuhan utama masyarakat Natuna. Dalam kunjungan ke RSUD Natuna, kami menemukan adanya Telemedicine yang dapat membantu para dokter untuk berkonsultasi dengan dokter lain di luar Natuna. Perangkat tersebut membutuhkan jaringan yang stabil, dan di RSUD Natuna telah tersedia wifi gratis dengan kecepatan 140 Mbps untuk digunakan oleh pihak rumah sakit maupun para pengunjung.

Dalam era yang semakin canggih ini, penggunaan sains dan teknologi menjadi semakin penting. Dengan adanya akses internet dan teknologi Telemedicine di Natuna, diharapkan dapat membantu memajukan bidang kesehatan dan pendidikan di sana. Sebagai masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya teknologi, kita harus terus mengembangkan dan memanfaatkan teknologi untuk kemajuan yang lebih baik.

Selain digunakan untuk Telemedicine, akses internet di RSUD Natuna juga dimanfaatkan untuk keaktifan website dan media sosial resmi RSUD Natuna. Melalui website dan media sosial tersebut, masyarakat dapat memberikan kritik dan saran terhadap pelayanan rumah sakit. Selain itu, RSUD Natuna juga memiliki siaran radio interaktif dengan masyarakat Natuna yang dapat diakses melalui streaming di saluran RRI Kabupaten Natuna setiap hari Selasa pukul 7.30 WIB hingga pukul 9.00 WIB.

Baca juga: Dapatkah Chatbot Menggeser Interaksi Manusia?

Dalam siaran interaktif tersebut, masyarakat dapat menyampaikan keluhan dan berkomunikasi langsung dengan dokter berkompeten yang siap membantu. Ini semua merupakan bukti penerapan sains dan teknologi di RSUD Natuna untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Kami juga berjumpa dengan Effendi, seorang pasien berusia 40 tahun, yang menjalani perawatan di RSUD Natuna untuk mengobati Glaukoma istrinya. Effendi merasa puas dengan layanan yang diberikan oleh rumah sakit dan mengakui bahwa RSUD Natuna memiliki Indeks Kepuasan Masyarakat yang tinggi. Dari 380 responden yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, RSUD Natuna memperoleh nilai 83 per 100. RSUD Natuna juga memiliki rencana untuk mengembangkan aplikasi kesehatan yang memungkinkan masyarakat Natuna untuk mendaftar secara online.

Meskipun rencana ini sebelumnya terkendala oleh jaringan internet yang tidak memadai, dengan dibangunnya Palapa Ring Barat, RSUD Natuna akan segera mewujudkan rencana tersebut. Ini adalah contoh bagaimana sains dan teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat kepulauan Natuna.